Beberapa hari silam, sepulang kerja, naik angkot kulihat seorang nenek naik. Karena dia tersenyum, aku juga membalas senyumannya.
Di tengah jalan, setelah sang sopir mengisi bensin, nenek ini menyerahkan uang. Dan alangkah kagetnya aku waktu dia cuma memberi Rp. 1.500 saja. Padahal sudah menjadi ketentuan bahwa angkot (bemo) "JAUH DEKAT RP. 2500,". Nenek ini dengan cepat berkata : "Aku biasa naik bemo, 1500 lho! Aku khan orang tua".
Sopir tadi dongkol dan mengeluh : "Jangan begitu nek..." (sambil tetap mengendarai bemonya). "Masa, tiap hari cuam 1500? "
Nenek itu juga ngotot : "Lha saya wong tua kok! Biasanya juga 1500???"
Lebih menyedihkan waktu sang nenek memojokkan sopir tadi : "Kamu, orang muda, GAK PERNAH AMAL? "
Aku sedih: Apa hubungannya ongkos bemo dengan amal? Apalagi dia memaksa orang? Apakah amal bisa dipaksakan?
"ANDA BUTUH WAKTU, KAMI PERLU UANG"
Selasa, 19 Januari 2010
Kamis, 07 Januari 2010
Blog Mikrolet lainnya : ADE KURNIAWAN
Hari ini, browsing di GOOGLE, cari soal MIKROLET di blog-blog, temukan punya mas ADE KURNIAWAN, aku isi comment di sono.
Ini commentku soal penumpang (ibu yang buta) dan sopir yang tidak mau menerima uang / ongkos dari ibu tadi :
Tuhan memang mengijinkan kita menyaksikan dan belajar lebih bijak dari 'DRAMA KEHIDUPAN' yang setiap hari terpampang di depan mata kita, termasuk kisah 'sopir dan penumpang angkot'. Saya setiap hari (pagi - sore) menggunakan jasa angkot ini untuk menempuh perjalanan dari rumah ke kantor, karena 'takut' naik sepeda motor. Maka, sayapun mencatat setiap kejadian di dalam angkot, jauh di dalam lubuk hati saya.
Ternyata, manusia itu (sopir dan penumpang) memiliki kesamaan : kebutuhan dan kepentingan. Nah, ini kadang yang berbenturan. Pernah saya baca stiker di sebuah angkot beberapa tahun silam : "ANDA BUTUH WAKTU, KAMI PERLU UANG".
Yang artinya seakan meminta penumpang angkot untuk bersabar dan mengerti bahwa biarpun harus menunggu bermenit2 atau puluhan menit, ga boleh marah, sebab sang sopir memiliki kebutuhan : uang.
Juga, banyak karakter yang berbenturan di dalam angkot. Ada kesombongan, kerendahan hati, ke tidak perdulian terhadap orang lain, dan sebagainya. Plus ada kebaikan : keramahan, peduli lingkungan, suka membantu orang dan sebagainya.
Semoga, menjadikan kita 'penumpang angkot' yang bijak.
Ini commentku soal penumpang (ibu yang buta) dan sopir yang tidak mau menerima uang / ongkos dari ibu tadi :
Tuhan memang mengijinkan kita menyaksikan dan belajar lebih bijak dari 'DRAMA KEHIDUPAN' yang setiap hari terpampang di depan mata kita, termasuk kisah 'sopir dan penumpang angkot'. Saya setiap hari (pagi - sore) menggunakan jasa angkot ini untuk menempuh perjalanan dari rumah ke kantor, karena 'takut' naik sepeda motor. Maka, sayapun mencatat setiap kejadian di dalam angkot, jauh di dalam lubuk hati saya.
Ternyata, manusia itu (sopir dan penumpang) memiliki kesamaan : kebutuhan dan kepentingan. Nah, ini kadang yang berbenturan. Pernah saya baca stiker di sebuah angkot beberapa tahun silam : "ANDA BUTUH WAKTU, KAMI PERLU UANG".
Yang artinya seakan meminta penumpang angkot untuk bersabar dan mengerti bahwa biarpun harus menunggu bermenit2 atau puluhan menit, ga boleh marah, sebab sang sopir memiliki kebutuhan : uang.
Juga, banyak karakter yang berbenturan di dalam angkot. Ada kesombongan, kerendahan hati, ke tidak perdulian terhadap orang lain, dan sebagainya. Plus ada kebaikan : keramahan, peduli lingkungan, suka membantu orang dan sebagainya.
Semoga, menjadikan kita 'penumpang angkot' yang bijak.
Langganan:
Postingan (Atom)